Jumat, 22 Oktober 2010

MEMAKNAI IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN


Idul Adha merupakan salah satu moment besar dalam Islam. Salah satu dari 2 hari raya yang selalu ramai di rayakan dengan kekhusususannya masing-masing. Banyak kita dapati betapa dangkalnya sebagian besar orang memaknai essensi dari Idul Adha. Karena ternyata dari moment tersebut hanya melihat ramai dan gembiranya masyarakat kita menikmati beberapa ons daging kambing/sapi dan sumringahnya para jemaah haji yang sebentar lagi akan menyandang gelar Haji / Hajjah di depan namanya. Belum lagi kalau Idul Adha ini dijadikan sebagai tolak ukur kesejahteraan masyarakat (terutama di Indonesia) yang sebagian besar rakyatnya hanya mampu makan daging setahun sekali karena setiap harinya harus bergelut dengan kerasnya hidup untuk sekedar mendapat sesuap nasi dan lauk ala kadarnya (jika ada). Itulah realita yang harus kita saksikan.

            Terlepas dari apapun yang terjadi di sekitar kita, mari sejenak kita menengok betapa Idul adha memberikan banyak hikmah kepada kita. Rangkaian Idul Adha memiliki arti ”Kembali Berqurban”. Tentunya tidak sesederhana itu aplikasi maknanya. Nabiullah Ibrahim AS yang memiliki julukan Bapaknya para nabi telah sampai pada puncaknya memaknai arti berkurban. Sebagaimana telah kita pahami bersama dalam kisah teladannya tersebut. Barangkali nilai pengorbanannya tidak akan terukur oleh apapun. Betapa tidak, .... semua yang dicintainya telah lebur untuk di korbankan kepada yang paling di cinyainya yaitu Allah sang pemilik segala. Dari banyak sisi maupun sudut manapun melihat, kita tidak akan pernah kehabisan tauladan untuk mengambil hikmah darinya.

            Hikmah di balik rangkaian pelaksanaan ibadah haji menjadi pelajaran selanjutnya dari moment Idul Adha ini. Menyandang haji mabrur  tentunya menjadi dambaan siapa saja. Diantaranya adalah yang mampu memaknai dan mengaplikasikannya dalam aktifitas keseharian setelah kembali dari tanah suci. Dan tentunya tidak akan kita dapati lagi orang yang marah dan tersinggung gara-gara tidak di panggil Bu  Hajjah atau Pak Haji sebagai embel-embel namanya setelah pulang Haji. Pasti dari situlah terpancar kemabrurannya.

            Memaknai Idul Adha dalam kehidupan tentuya akan lebih mudah untuk kita raih saat satu demi saat hikmah tersebut bisa kita pahami dengan benar. Karena sesungguhnya perputaran hidup yang mengiringi kita tidak akan pernah terlepas dari makna berkorban.

            Waallahu a’lam bissowab.
oleh : Ustadzah Endah Fitri Utami,SKM (Kepala Sekolah SDIT Cahaya Ummat)

0 komentar:

Posting Komentar